12 September 2007

TKI adalah Tenaga Kerja Intelektual

Awani KL berlokasi di annex gedung Bursa Malaysia. Annex tersebut tadinya hanya berisi perpustakaan bursa dan sangat sepi. Sekarang jadi lumayan ramailah karena keberadaan para jurnalis dan staf Awani.

Seperti laiknya sebuah kantor, Awani KL juga mempekerjakan cleaning service (out source). Semuanya adalah perempuan setengah baya.

Sehari-harinya para perempuan ini bercakap bahasa Melayu yg sangat fasih. Saya, Delvi Sinambela dan Irawan Ariestanto alias Aries awalnya mengira mereka orang Malaysia.

Suatu hari salah seorang dari mereka menyapa Aries menanyakan apakah sang video editor kita ini orang Indonesia. "Iya, selain saya ada dua lagi," jawab Aries

"Pekerjaannya apa?"

" Ya bantu-bantu teman-teman Malaysia lah menyiapkan channel Awani" kali ini Delvi yg menjawab

"Itu yg di dalam ruangan juga orang Indonesia?" Tanya si cleaning lady lagi sambil menunjuk ruangan dimana saya berkantor. Ruangan itu besar ada dua LCD 30 inch satu di meja tulis satu lagi di meja TV menempel didinding. Jauh lebih luas daripada ruangan saya di Jakarta.

"Iya itu boss saya" ujar Aries.

Si cleaning lady yang ternyata berasal dari Bawean setengah tak percaya, "Kok ada orang Indonesia yang jadi boss". Rupaya dia sempat melihat saya berbicara dihadapan rekan-rekan Awani KL

"Di sini tak ada TKI yang jadi tenaga ahli" tambahnya.

"Kami TKI juga lho" kata Delvi.

Tampak segurat senyum bangga dari TKI asal Bawean ini.

2 comments:

ima said...

my fave entry hehe....

terus di update yaa ma riza

An69a said...

Itu sebabnya saya nggak setuju dengan adanya terminal khusus TKI di Soekarno Hatta. Semua WNI yang mengadu nasib di negeri orang seharusnya mendapat perlakuan yang sama, hak yang sama, dan kewajiban yang sama.