12 September 2007

Minyak Goreng dan Liga Inggris

"Jangankan macam-macam urusan lain, ngurus minyak goreng saja enggak beres. Sudah ada subsidi Rp 325 miliar. Untuk mengantarkan uang itu kepada rakyat yang berhak saja, pemerintah ini belum menemukan bagaimana caranya," ujar Anggota Komisi VI DPR, Zulkifli Halim (Kompas 10/9/07 hal. 1).

Seruan di atas sepertinya memang tak masuk ke telinga pemerintah. Masalah minyak goreng plus naiknya sembako belum tertangani pemerintah malah menambah urusan. Dengan gagah demi membela “kepentingan rakyat” pemerintah mengadukan Astro ke KPPU. Urusannya? Sepakbola, Liga Inggris.

Pemerintah sekarang rupanya cukup “cerdas” dengan menyamakan Liga Inggris dengan Sembako, karena itu sepakbola sudah menjadi “hak publik” . Kalau logika pemerintah itu diikuti maka semua pertandingan bola di tanah air kita harusnya gratis karena publik punya hak untuk menonton bola. Nyatanya kan tidak begitu. Malah ketika pertandingan Piala Asia yang notabene menyangkut timnas Indonesia, harga tiketnya sangat mahal. Logika keblinger semacam ini sayangnya juga diamini oleh anggota Komisi Penyiaran Indonesia dan juga mantan anggota KPI.

Saya juga geram membaca pernyataan Freddy Tulung soal "commercial term dan non commercial term" (Baca Detik Sport-EPL segera kembali ke TV lokal). Si Freddy ini(pejabat DepKominfo dengan jabatan Sekretaris Ditjen SKDI) dengan seenak jidatnya mengartikan non commercial term sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Itu artinya kalau perundingan soal BPL dengan TV teresterial gagal Astro harus menjadi sinterklas membagikan BPL ke teresterial dengan harga semurah-murahnya kalau perlu jual rugi. Dia memang tak mengatakan persis seperti itu tapi saya bisa dan boleh menafsirkannya seperti yang saya tulis di atas.

Depkominfo juga mengeluarkan surat yang isinya memaksa Astro untuk segera memberikan "akses kepada publik" agar bisa menyaksikan BPL paling lambat 14 September. Sembari menunggu keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha kalau Astro tak melaksanakan perintah itu siaran BPL harus dihentikan.

Ada beberapa catatan tentang surat ini; Pertama surat ini tak memakai dasar hukum apapun, kita bisa menafsirkannya sebagai perwujudan gaya pemerintahan yang fasis dan otoriter, persis Deppen selama Orde Baru. Jadi Depkominfo tak lebih dari Deppen yang berganti nama.

Catatan kedua adalah; Deppen, eh salah, DepKominfo sudah terkooptasi oleh kepentingan pesaing Astro yang gagal mendapatkan BPL. Apa urusannya pemerintah mengadukan Astro ke KPPU kalau bukan karena ditunggangi pesaing Astro? Lha wong Trans7 yang kalah bidding saja tak mengadu kok ini malah pemerintah yang kebakaran jenggot. Sikap ini juga diamini oleh KPI.

KPI juga tumben-tumbenan seiring dan sejalan dengan pemerintah. Anggota KPI Bimo Nugroho dengan gagah mengatakan KPI akan melarang Astro menyiarkan Liga Inggris jika tak membuka akses kepada publik, "Kami pernah melakukannya ketika melarang smackdown di televisi." Luar biasa nalar yang dikedepankan anggota KPI yang juga dosen pasca sarjana komunikasi UI ini, menyamakan sepakbola dengan smackdown.

Logika keblinger yang dipakai pemerintah dan KPI sesungguhnya menyedihkan sekaligus memalukan. Mau dibawa kemana negeri ini?

6 comments:

babanyakayril said...

Wah seru, Mas! Logika keblinger ini memang patut diluruskan!
Dan politik pengkambinghitaman semacam ini harus dihentikan!
Pemerintah Indonesia sudah terlalu sering menyembunyikan ketidakkompetenan mereka dibalik 'kambing-kambing hitam'.

aseaccX2018 said...

kalo soal pemerintah, saya setuju bahwa ini kasus ini kok gak perlu sampe sebegini diurusin.

tapi kalo soal 'monopoli' astro atas liga inggris, ya sebagai penonton setia saya marah sekali, padahal saya kebetulan angganan astro. Wong biasanya penonton cukup 'membayar' tontonan itu dengan perhatian mereka kepada sponsor, kok sekarang harus bayar mahal.

walau ketagihan, liga inggris memang bukan sembako. Maka kalau keadaan begini terus, saya akan ikut berhenti langganan astro dan berhenti nonton liga inggris sebagai protes.

Unknown said...

harapan saya, dengan begini pecinta OR sepak bola akan mulai mengalihkan perhatian kepada liga indonesia. siapa tahu dengan semakin banyaknya penonton yang 'terpaksa' menghibur diri dengan ligina, sponsor meningkat, dan kualitas persepakbolaan dan kuantitas cinta/dukungan kepada tim lokal mengalami perkembangan.
and btw, what's the deal dengan liga inggris vs itali vs spanyol dsb.. haduh sama saja kan, jadi mengapa liga inggris yang diistimewakan. bisakah kita punya perasaan so called anti mcDonald's dan imperialisme barat tapi tetap fanatik liga inggris? kan lucu kalau tersentil ketika starbucks menjamur tapi juga marah ketika liga inggris 'direbut'. talk about double standard.. what the hec? it's 'just' another successful western worldwide product. nah kalau liga indo atau piala dunia disita barulah layak heboh mungkin. (mungkin)

babanyakayril said...

hehehe, your loss, To.
kalau memang akhirnya BPL memberikan hak eksklusif terhadap Astro, ini bukan salahnya Astro tokh?
Padahal Trans7 mendapat opsi utama perpanjangan hak siar mengingat fakta bahwa mereka adalah pemegang lisensi musim sebelumnya, namun mereka menolak dengan alasan tidak sebanding dengan keuntungan yang diraih. Dulu sekali Trans TV memang punya pengalaman buruk dengan Liga Spanyol, rupa-rupanya ini ditularkan ke 'adiknya'.
Bersiap-siap aja untuk protes lagi, karena konon hak siar World Cup berikutnya akan diberikan secara regional dan bukan per negara seperti praktik sebelumnya.

wenas said...

saya juga heran neh..
masa bela2in ntn epl bawa isu nasionalisme..
apa mrk sadar yg mrk perjuangkan kan liga inggris..bukan liga indonesia..hehehe
saya sebagai sales astro,malah uka dgn makin banyak isu atau demo,otomatis nama astro makin dikenal dan saya makin gampang jualannya..kayak promosi gratis
buat bung Riza..i love ur blogger
thanks.
astro astro astro yessss!!!

Vierke said...

Mas, menurut saya ini adalah salah satu contoh PR yang gatot (gagal total) dari Astro.
Masyarakat dan pemerintah punya persepsi yang tidak betul dan TIDAK ADA daya upaya dari Astro untuk merubah itu. (kalaupun ada yaa.. itu tadi. Gatot)
Sampai saat ini, persepsi tentang penayangan liga Inggris, atau bahkan penayangan Astro di Indonesia pun masih dikambing-kambingkan. Mau hitam atau putih, tetap kambing.
Kesempatan tampil di Open House Metro TV pun buat saya menyedihkan. Ending acara itu malah pihak Indovision dengan pernyataan yang sangat menyudutkan.
Mas, coba berkaca dulu, sudah adakah upaya dari Astro untuk melakukan counter issue.. atau jangan2 tidak ada PR di Astro..